Bagaimana hukum jual beli emas itu ? Jawabannya bisa halal dan bisa haram. Dasarnya adalah penjelasan sebagai berikut :
Dasar :
“Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar dengan gandum, dan sya’ir (gandum kasar) ditukar dengan sya’ir, kurma ditukar dengan kurma, garam ditukar dengan garam, haruslah sama ukuran dan takarannya serta tunai. Apabila jenisnya berbeda, ukurannya juga boleh berbeda dengan syarat tunai.” (HR. Muslim).
Tukar-menukar emas dengan emas, emas dengan uang, atau uang dengan uang yang sejenis atau berlainan jenis dinamakan oleh para ulama dengan sharf. Yang disyaratkan harus tunai, serta harus sama nominalnya jika ditukar sejenis. Dan bila berlainan jenis hanya disyaratkan tunai saja. Bila salah satu persyaratan ini tidak terpenuhi, maka akad ini dikategorikan riba bai’.
Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jual Beli Emas yang diperbolehkan (halal)
Emas di tukar dengan emas yang sama persis.
Untuk keabsahan akad ini dibutuhkan 2 syarat:
a. Ukuran keduanya harus sama, baik berat –jika satuan barang berdasarkan timbangan– ataupun volume –jika satuan barangnya berupa liter-.
b. Serah terima kedua barang harus tunai di majelis akad. Tidak boleh menukar emas X 10 gr dengan emas Y 10 gr, sementara penyerahan salah satunya tertunda.
Emas ditukar dengan selainnya tetapi memiliki nilai yang sama. Misalnya, emas ditukar dengan uang. Satu gram emas dihargai Rp 600.000. Boleh menukar 1 gr emas dengan 20 gr perak dengan syarat harus tunai, dimana barang diserah-terimakan di majelis akad.
2. Jual Beli Emas yang dilarang (haram)
Jika jual beli emas dilakukan dengan cara tidak tunai, yaitu krdit. Atau emasnya hanya virtual, tidak ada wujudnya. Seperti perdagan emas derivatif.
Sekali lagi, tidak boleh ada yang tertunda. Tidak boleh menukar 1 gr emas diterima sekarang dan 20 gr perak yang diserahkan besok atau pekan depan. Termasuk dalam hal ini adalah jual beli emas tidak tunai atau secara kredit. Akad ini disebut riba nasi’ah.
No comments:
Post a Comment